Memulai bisnis start up itu ibarat naik roller coaster: penuh tantangan, cepat berubah, dan tak jarang bikin stres. Jika tak ada persiapan matang, bisa jadi bisnis Anda gagal sebelum sempat merasakan keuntungan.
Hal ini sesuai dengan laporan CB Insights 2023, yang menjelaskan kalau cukup banyak start up mengalami kegagalan karena tidak ada kebutuhan pasar untuk produk mereka.
Nah, kalau saat ini Anda sedang di fase awal membangun start-up dan takut salah langkah, Anda tidak sendirian.
Artikel ini hadir untuk membantu Anda menyusun fondasi bisnis yang kokoh sejak awal. Bukan sekadar teori, tetapi strategi nyata dan data terkini agar Anda terhindar dari kesalahan fatal di awal perjalanan.
9 Tips Membangun Bisnis Start Up & Referensi Implementasinya
Karena bisnis yang kokoh butuh fondasi yang juga kuat, maka ada banyak hal yang perlu Anda lakukan dalam masa persiapan memulai bisnis start up.
Berikut 9 tips kunci lengkap dengan referensi implementasinya yang bisa langsung Anda terapkan sejak hari pertama membangun bisnis start up.
1. Validasi Ide & Produk Sejak Awal
Sebelum membuat produk, pastikan ada kebutuhan riil di pasar. Gunakan metode Minimum Viable Product (MVP) untuk menguji ide Anda. Cara ini memungkinkan Anda mendapatkan:
- Feedback langsung dari pengguna terkait layanan bisnis atau produk yang Anda tawarkan.
- Mengidentifikasi apakah produk Anda benar-benar dapat membantu audiens menyelesaikan masalah mereka.
- Melakukan perbaikan dan perubahan arah strategi (pivot) tanpa menghabiskan terlalu banyak sumber daya.
Dropbox dan Airbnb adalah contoh sukses yang memulai dengan MVP sebelum membangun produk penuh.
Bahkan menurut Harvard Business Review, startup yang menguji MVP lebih cepat memahami perilaku pengguna dan pivot jika dibutuhkan.
2. Bangun Identitas Brand yang Unik & Relevan
Ketika berbicara tentang identitas brand, ini bukan berarti tentang nama dan logo bisnis Anda saja lho, namun harus bisa membentuk persepsi tertentu di benak konsumen.
Untuk membangun brand identity yang kuat, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan berdasarkan referensi dari situs digital marketing agency Indonesia yang berpengalaman, antara lain:
- Pilih nama brand yang unik, mudah diingat, dan relevan dengan industri Anda. Hindari nama yang terlalu generik atau mirip kompetitor.
- Buat logo dan skema warna yang mewakili karakter dan nilai brand, misalnya: hijau untuk kesan ramah lingkungan, biru untuk profesionalisme, dll.
- Tetapkan positioning yang jelas: siapa target audiens Anda, masalah apa yang Anda selesaikan, dan nilai unik apa yang Anda tawarkan dibanding kompetitor.
Kamu bisa membaca panduan lengkapnya di artikel yang Redcomm Group sediakan dan menjadi salah satu referensi dalam penulisan artikel ini, yaitu di artikel berjudul Elemen Brand Identity yang Kuat Agar Bisnis Mudah Diingat.
Selanjutnya, susun brand guideline visual sedari awal menggunakan tools, seperti Looka yang bisa membantu kamu membuat logo dan identitas visual.
Atau gunakan saja Canva Brand Kit, fitur di Canva untuk konsistensi elemen visual di seluruh kanal komunikasi.
Panduan ini akan membantu kamu menjaga konsistensi brand di media sosial, website, hingga materi promosi offline.
3. Tentukan Target Pelanggan Secara Spesifik
Salah satu penyebab gagalnya start up adalah menargetkan semua orang.
Padahal menentukan target pelanggan potensial yang relevan dengan produk itu sangat penting demi bisa menentukan strategi promosi, pemasaran, dan penjualan yang lebih tepat sasaran.
Menentukan target pelanggan bisa kamu mulai dengan membuat buyer persona terlebih dahulu menggunakan beberapa data berikut:
- Demografi (usia, lokasi, penghasilan).
- Psikografi (kebiasaan, motivasi, pain points).
- Teknologi: gunakan Google Analytics, Meta Ads Manager, atau Ubersuggest untuk riset audiens.
Berikut contoh buyer persona untuk bisnis online fashion muslim:
- Nama Persona: Aisyah, 28 tahun
- Domisili: Jakarta Selatan
- Pekerjaan: Pegawai swasta dan content creator modest fashion.
- Penghasilan: Rp8–12 juta per bulan
- Kebiasaan Belanja: Belanja fashion 2x sebulan, aktif mencari inspirasi outfit di Instagram dan TikTok
- Pain Point: Sulit menemukan outfit muslimah yang modis, tapi tetap syar’i, kualitas bahan yang nyaman untuk iklim tropis
- Platform Favorit: Instagram, Shopee, TikTok
4. Bentuk Tim Inti yang Adaptif & Kolaboratif
Agar bisnis yang baru kamu bangun ini bisa lebih cepat bertumbuh meskipun baru memulai perjalanan, kamu perlu membentuk tim yang adaptif dan mampu berkolaborasi dengan baik.
Oleh karena itu, rekrutlah talenta-talenta dengan kriteria sebagai berikut:
- Responsif dan bisa mengeksekusi ide-ide dengan baik.
- Punya visi dan misi yang sejalan dengan perusahaan.
- Bangun budaya kerja fleksibel, namun berorientasi target.
Untuk mendukung kerjasama tim yang solid, tak ada salahnya kamu menyediakan tools kolaboratif, seperti Notion, Slack, atau Trello sehingga kerja tim jadi lebih efektif dan efisien.
Lalu tidak ada salahnya kamu dan tim juga sama-sama menguasai konsep agile, mengimplementasi Objectives and Key Results (OKR), paham mengenai KPI, dan menerapkan continuous feedback.
5. Kuasai Teknik Branding Produk
Kamu pasti kenal dengan brand kosmetik kekinian, yaitu Scarlett Whitening.
Nah, brand Scarlett ini adalah salah satu contoh brand lokal yang sukses memangun kedekatan emosional dengan audiens Gen Z serta milenial melalui penggunaan User Generated Content (UGC) di Instagram dan TikTok.
Bahkan melalui social media campaign yang melibatkan micro influencer dan testimoni pelanggan, Scarlett berhasil meningkatkan brand awareness secara organik dan memperkuat kredibilitasnya di pasar lokal.
Keberhasilan Scarlett tersebut menunjukkan secara jelas kalau proses membangun branding bukan semata-mata memasang iklan saja, namun fokusnya adalah menciptakan pengalaman pengguna terbaik.
Jika ingin membangun branding yang cepat, kamu juga bisa kok. Caranya bisa dengan:
- Menggunakan storytelling dan ceritakan bagaimana produk kamu lahir, siapa yang menciptakan, dan produk ini diciptakan untuk siapa.
- Produk kamu harus punya narasi brand yang kuat, jadi tambahkan juga visi atau misi yang bisa menyentuh sisi emosional konsumen.
- Ciptakan konsistensi antara apa yang Anda sampaikan di website, konten, iklan brand dengan pengalaman pengguna.
Prinsipnya, buat produk, layanan bisnis, dan brand kamu unik agar mudah diingat dan melekat di hati konsumen.
Cara membangun branding seperti ini menjadi kunci di mana branding yang bagus akan membuat bisnis kamu semakin melejit dan cepat dikenal.
6. Optimalkan Konten Visual & Video Marketing
Menurut laporan Wyzowl 2025, 91% bisnis menggunakan video sebagai alat pemasaran, dan 87% di antaranya mengakui kalau konten pemasaran dengan format video lebih mampu menciptakan ROI yang positif.
Oleh karena itu, buatlah konten video yang menarik mengenai demo produk, behind the scenes (BTS), testimoni pelanggan atau tips dan tutorial.
Gunakan platform, seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts. Hal ini karena konten visual memberi engagement rate yang lebih tinggi dibanding konten teks.
7. Pilih Platform Iklan Digital yang Tepat
Memasang iklan secara sembarangan atau berdasarkan ikut-ikutan tanpa data bisa menyebabkan budget iklan jadi boros lho. Kalau ini yang terjadi, bisa-bisa bisnis start up kamu malah rugi padahal baru saja mulai berjalan.
Sebaiknya buka dulu data dan lakukan riset secara mendalam untuk tahu di mana target audiens kamu paling aktif, apakah di LinkedIn, jaringan platform Meta, Google, TikTok atau platform lainnya?
Cari tahu juga apa tujuan kamu memasang iklan, apakah untuk membangun brand awareness, mendapatkan lebih banyak leads, atau untuk menciptakan lebih banyak konversi?
Kamu bisa menggunakan metode A/B Testing untuk menemukan format iklan terbaik. Pertimbangkan juga untuk berkolaborasi dengan micro influencer marketing, karena audiens mereka lebih terlibat dan terasa autentik.
8. Bangun Sistem Manajemen & SDM Sejak Awal
Salah satu kesalahan umum start up adalah mengabaikan sistem sejak awal karena merasa timnya masih kecil atau belum punya banyak beban operasional.
Padahal tanpa sistem yang rapi, pertumbuhan bisnis bisa menjadi kacau dan sulit dikontrol. Beberapa dampak dari mengabaikan sistem manajemen dan SDM di awal, antara lain:
- Tidak ada kejelasan peran dan tanggung jawab, sehingga terjadi tumpang tindih kerja.
- Sulit mengevaluasi kinerja tim secara objektif.
- Potensi konflik internal karena tidak ada dasar aturan kerja atau sistem penghargaan yang jelas.
Nah, untuk mencegah terjadinya kekacauan dalam menjalankan bisnis, alangkah baiknya Anda membangun sistem sejak awal memulai bisnis, seperti:
- Buatlah struktur organisasi meski sederhana demi membantu tim memahami alur koordinasi dan siapa yang bertanggung jawab atas apa.
- Terapkan Performance Management System (PMS) sederhana untuk memantau kinerja tim secara rutin, menetapkan target, dan memberi feedback yang konstruktif.
- Pahami dasar-dasar penggajian dan kontrak kerja, karena hal ini menyangkut kepatuhan hukum dan menjaga kepercayaan karyawan sejak awal.
Agar memudahkan urusan pengelolaan bisnis, coba gunakan tools, seperti Gusto untuk HR & Payroll, BambooHR, atau Sleekr untuk Indonesia agar proses manajemen SDM lebih terstruktur, bahkan sejak tim hanya terdiri dari 3–5 orang.
9. Terus Lakukan Personal Development
Dalam dunia start up yang berubah cepat, kamu sebagai founder tidak boleh stagnan, namun harus terus berupaya mengembangkan diri.
Personal development yang bisa Anda lakukan, misalnya mengasah pola pikir, kepemimpinan, dan kemampuan teknis secara berkelanjutan dan terarah yang berkaitan dengan pengembangan bisnis, misalnya:
- Mempelajari digital marketing, UI/UX, atau product validation. Lalu saat sudah memasuki fase scale up bisnis, mulailah mempelajari manajemen tim, fundraising, dan growth strategy.
- Bergabung dan terlibat aktif dalam komunitas founder, seperti Startup Grind, Founders Institute, atau grup WhatsApp/Twitter lokal, akan membuka peluang diskusi, kolaborasi, dan mentorship dari sesama pelaku industri.
- Terapkan prinsip “Learn, Unlearn, Relearn”, karena bisa jadi strategi yang berhasil 6 bulan lalu, sekarang sudah usang. Mau tidak mau kamu harus adaptif dan terbuka terhadap perubahan.
Ingat, perkembangan bisnis kamu tidak akan melebihi perkembangan diri kamu sebagai pemimpin. Founder yang terus belajar akan lebih siap menghadapi tantangan dan membawa timnya tumbuh lebih cepat dan sehat.
Membangun start up adalah proses bertahap yang membutuhkan visi jangka panjang, eksekusi yang presisi, dan kemauan untuk terus belajar.
Dari validasi ide, membangun tim, mengelola brand, hingga membentuk sistem internal, semuanya harus direncanakan dengan matang.
Nah, implementasikan 9 cara membangun start up dari nol di artikel ini ya. Lebih baik mulai dengan kecil tapi terarah, daripada besar tapi tanpa arah. Jadi, langkah apa yang akan kamu ambil hari ini?
Referensi:
- https://www.cbinsights.com/research/report/startup-failure-reasons-top/
- https://hbr.org/2023/05/dont-quit-your-day-job-to-start-a-business-just-yet?autocomplete=true
- https://redcomm.co.id/knowledges/elemen-brand-identity
- https://blog.hubspot.com/marketing/buyer-persona-research
- https://www.wyzowl.com/video-marketing-statistics/